Jumat, 30 Januari 2009

ayat ayat taubat

Ayat-Ayat Taubat
Ditulis oleh Administrator
dari wahdah islamiyah Jumat, 11 Mei 2007

Ayat-Ayat Taubat

Taubat berarti kembali. Sebuah perasaan takut kepada Allah Subhaanahu wa taala yang mendorong perasaan hamba untuk kembali kepada-Nya. Orang yang bertaubat, dialah orang yang takut, menyesal, dan ingin kembali.
Ia menyucikan diri dari segala dosa dan maksiat, lalu kembali pada Allah Subhaanahu Wa Taala dengan segala kesadaran. Ia akan berkata, "Ya Rabbku, dosa yang kulakukan selama bertahun-tahun ini akan kuhentikan, karena cinta dan taatku pada-Mu." Itulah taubat. Kita tinggalkan maksiat, dan kembali ke jalan-Nya.

Mengapa Bertaubat? Sejatinya, ketika jiwa kita merasakan urgensi taubat, maka kita harus mengerti garis start-nya. Untuk memulainya, kita harus memahami kedudukan kita di hadapan Allah. Harus kita sadari berapa banyak kita melanggar hak Allah. Saat kita mulai menyadari, hati ini seakan terasa diperas. Ia seolah terbakar, hingga mulut kita pun bergumam, "Aku harus bertaubat!"
Kita bertaubat dari dosa besar! Mungkin Anda akan mengatakan, "Aku melakukan dosa besar? Bagaimana mungkin? Seperti apa?" Saudaraku! Bukankah mengakhirkan shalat—tanpa udzur—itu dosa besar? Bukankah lalai dalam shalat itu dosa besar? Allah Subhaanahu Wa Taala berfirman, artinya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya." (QS. Al Mâ'ûn: 4-5). Celaka! Celaka bagi yang melalaikan shalatnya. Ibnu Abbâs Radhiyallahu Anhu berkata, "Mereka yang melalaikan shalat itu adalah orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya."

Apakah kita tahu, betapa kita sangat membutuhkan taubat? Kita butuh bertaubat dari shalat yang diakhirkan, bertaubat dari kebiasaan melaksanakan shalat subuh setelah matahari terbit. Bertaubat dari kedurhakaan kepada kedua orang tua. Bukankah itu dosa besar? Selanjutnya, apa pendapat kita tentang pengantar zina? Itu dosa besar! Lalu apa yang mendahului zina itu? Zina mata. Menonton saluran parabola yang menyuguhkan film porno, atau menjelajahi situs-situs blue di internet. Bukankah semua itu pengantar zina? Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, "Dan zina mata adalah melihat." (HR. Bukhârî dan Muslim).
Untuk Muslimah yang belum menutup aurat, berapa helai rambutmu yang terlihat? Berapa bagian tubuhmu yang tersingkap? Apakah Anda tidak perduli dengan aurat yang terlihat itu? Padahal, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda tentang wanita-wanita yang membuka auratnya, "Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak perjalanan begini dan begini." (HR. Muslim).Bukankah itu dosa? Setiap kali orang melihat aurat Anda, maka Anda akan mengambil bagian dosa. Berapakah orang yang melihat Anda? Berjuta dosa dilakukan setiap hari!

Bagaimana kita akan menghadap Allah Subhaanahu Wa Taala ? Demi Allah, bila kita menghitung dosa selama sebulan, tentu akan sebesar gunung. Sufyân Ats-Tsaurî—rahimahullâh—berkata, "Suatu hari aku duduk-duduk menghitung dosa-dosaku. Lalu aku berkata pada diriku, "Kau akan bertemu Allah, wahai Sufyân, Dia akan menanyakan padamu dosa demi dosa." Bayangkanlah, siapakah Sufyân? Ia seorang imam atba’ tâbi'în yang sholeh. Lalu berapa kali kita menghitung dosa yang kita lakukan? Ia berkata lagi pada dirinya, "Inikah yang kau ingat, wahai Sufyân? Bagaimanakah yang Allah ingat, dan kau melupakannya? Bertaubatlah sebelum engkau bertemu Allah Subhaanahu Wa Taala."

Taubat, Jalan Pintas Menebus Dosa

Ketika berumur 15 tahun, kita durhaka kepada kedua orang tua. Lalu pada saat berumur 30 tahun, dosa itu kita tinggalkan. Apakah dosa kita telah diampuni, dihapus, atau dilenyapkan untuk selamanya? Benar, kita telah menghentikan dosa, tapi sudahkah kita bertaubat? Jika belum, berarti kita belum diampuni. Ini merupakan kaedah penting, tetapi manusia sering melupakan. Bayangkan, di hari kiamat kita menghadap Allah Subhaanahu Wa Taala dan ditanya dosa yang telah kita tinggalkan selama sepuluh tahun, dan kita pun telah melupakannya. Lalu kita menjawab, "Wahai Tuhanku, aku telah meninggalkan dosa itu, aku telah melupakannya." Tetapi sudahkah ia bertaubat? Belum! Maka firman Allah (artinya), "Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. Al Mujâdalah: 6).

Allah Subhaanahu Wa Taala juga berfirman (artinya), "Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun." (QS. Al Kahfî: 49).

Perhatikanlah pula firman Allah berikut ini, artinya: "Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS. Az-Zumar: 53-55).

Marilah kita bertaubat, Supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik". QS. Az-Zumar: 58).

Perhatikanlah ayat berikut ini (artinya), "Dan pada hari kiamat, kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?" (QS. Az-Zumar: 60). Di hari kiamat, kita akan melihat wajah hitam orang yang enggan bertaubat dan tunduk pada Allah Subhaanahu Wa Taala. Perhatikanlah, mengapa mereka dikatakan orang sombong? Karena ia enggan bertaubat. Padahal Allah Subhaanahu Wa Taala berjanji akan mengampuni segala macam dosa. Betapa kesombongan telah menghancurkannya karena menolak taubat.

Kemudian, resapilah keindahan susunan Al Qur'an ini: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222). Renungkanlah, Allah Subhaanahu Wa Taala akan mencintai kita, kalau kita mau bertaubat. Allah Subhaanahu Wa Taala berfirman (artinya), "Dan Allah hendak menerima taubatmu…." (QS. An-Nisâ: 72).

Lihatlah! Apa yang Allah inginkan dari diri kita? "Dan Allah hendak menerima taubatmu…." Allah menghendaki manusia bertaubat, tetapi pengikut hawa nafsu enggan bertaubat. Jika kita enggan bertaubat, maka Allah Subhaanahu Wa Taala akan menegur, "Dan barangsiapa tidak mau bertaubat, maka ia termasuk orang yang berbuat zalim." (QS. Al Hujurât: 11). Allah Subhaanahu Wa Taala juga telah berfirman (artinya), "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu." (QS. Ali 'Imrân: 133).

Mayoritas dari penghuni neraka adalah orang-orang yang gemar menunda-nunda. Mereka mengatakan, "Insya Allah, aku akan mengenakan jilbab setelah kuliah." Atau, "Insya Allah, setelah aku menikah nanti, aku akan tekun mengerjakan shalat dan meninggalkan minuman-minuman keras." Ia katakan insya Allah, lalu berdusta. Ini adalah menunda-nunda. Menunda-nunda adalah tentara Iblis untuk menggelincirkan manusia. Maka, bersegeralah menuju rahmat Allah, bertaubat dan hidup dalam naungan-Nya.

Bertaubatlah, karena jeritan penghuni neraka bukan hanya karena pedihnya siksa api neraka, tetapi juga karena keengganan manusia untuk bertaubat.

Hadits-hadits Taubat

Marilah kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, melihat-lihat keindahan dan kemudahan Islam sehingga kita tidak akan lagi mendengar kekerasan, kegarangan, kesusahan, maupun kepelikan yang sering disematkan kepada ajaran Islam.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, "Wahai manusia, minta ampunlah pada Tuhan kalian, dan bertaubatlah. Maka aku meminta ampun dan bertaubat pada Allah seratus kali setiap hari." (HR. Bukhârî dan Muslim). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam meminta ampun dan bertaubat setiap hari seratus kali. Sedangkan kita, selama sepuluh tahun tidak pernah bertaubat sama sekali.

Rasul yang ma'shûm, terjaga dari maksiat, bertaubat seratus kali setiap hari? Bertaubat dari apa? Derajat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah tinggi di sisi Allah, dan ia ingin mengangkat derajatnya dengan cinta dan ma'rifat Allah Subhaanahu Wa Taala. Apakah kita ingat, kapan terakhir kali kita bertaubat? Sudahkah kita mengulangi taubat?
Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, "Sungguh, Allah membentangkan tangan-Nya setiap malam, agar orang yang berbuat kejelekan di siang hari mau bertaubat. Dan Dia juga membentangkan tangan-Nya di siang hari, agar orang yang berbuat kejelekan di malam hari mau bertaubat." (HR. Muslim dan Ahmad).

Sebuah Kisah

Di zaman Nabi Musa Alaihissalam, terjadi masa paceklik. Manusia dan hewan kehausan, dan hampir mati, karena sedikitnya persediaan air. Mereka lelah hingga berkata, "Wahai Musa, serulah Allah, dan mintalah agar hujan diturunkan!" Nabi Musa pun mengumpulkan mereka di satu tanah lapang, lalu ia berdoa kepada Allah. Mereka pun mengamini doa beliau, tetapi hujan tak kunjung turun. Akhirnya, ia pun berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak mau menurunkan hujan, padahal kami telah berdoa dan menghinakan diri pada-Mu?" Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, "Wahai Musa, di antara kalian ada seorang yang berbuat maksiat selama empat puluh tahun, ia belum bertaubat. Maka ia menghalangi terkabulnya doa kalian."

Lalu Musa bertanya, "Lalu apa yang harus kami lakukan?" Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, "Keluarkanlah orang yang berbuat maksiat itu! Jika orang itu keluar dari barisan kalian, hujan akan turun." Nabi Musa Alaihisslam pun berkata, "Aku minta kalian bersumpah pada Allah. Aku bersumpah pada Allah, di antara kita ada yang bermaksiat selama empat puluh tahun, hingga hujan tidak turun-turun, maka hendaklah ia mau keluar dari barisan."

Orang yang berbuat maksiat itu menoleh ke kanan dan ke kiri, sekiranya ada yang keluar selain dia. Tetapi tidak ada seorang pun yang keluar. Tahulah ia kalau yang dimaksud adalah dirinya. Lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, aku telah berbuat maksiat selama empat puluh tahun, dan Engkau berkenan menutupinya. Ya Tuhanku, jika aku keluar, maka namaku akan tercemar. Dan jika aku tetap tinggal, maka hujan tidak akan turun. Ya Tuhanku, aku sekarang bertaubat pada-Mu, aku menyesal, aku kembali pada-Mu. Maka ampunilah aku dan tutupilah kejelekanku." Hujan pun turun, akan tetapi orang yang berbuat maksiat itu tidak keluar dari barisan. Akhirnya, Nabi Musa bertanya, "Ya Tuhanku, hujan telah turun, dan orang itu belum keluar?" Allah Subhaanahu Wa Taala menjawab, "Ya Musa, hujan telah turun dengan taubat hamba-Ku yang telah bermaksiat selama empat puluh tahun."

Nabi Musa bertanya lagi, "Ya Tuhanku, tunjukkan orang itu padaku agar aku bergembira dengannya." Allah menjawab, "Wahai Musa, ia telah bermaksiat kepada-Ku selama empat puluh tahun, dan aku telah menutupinya. Lalu apakah Aku akan membukanya padamu, mencemarkan namanya, padahal ia telah kembali pada-Ku?"

Sumber: Hati Sebening Mata Air, karya Amru Khalid
Akibat Kata Nanti...Nanti Dan Nanti..
Ditulis oleh Administrator dari wahdah islamiyah Kamis, 17 Agustus 2006Akibat Kata Nanti...Nanti Dan Nanti...(Al Fikrah Ed.30/Th.VI/21 Rajab 1427)

Di antara hal yang dapat membinasakan anak cucu Adam adalah perbuatan menunda-nunda. Orang bijak berkata, "Barangsiapa yang menanam benih 'nanti', maka akan tumbuh sebuah tanaman bernama 'mudah-mudahan', yang memiliki buah bernama 'seandainya', yang rasanya adalah 'kegagalan dan penyesalan'."
Jadi, apabila Anda melihat seorang pemuda yang mengatakan, "Nanti, nanti." Maka cucilah kedua tangan Anda dari dirinya. Ketahuilah bahwa ia nanti akan berganti-ganti tempat.

Anda mungkin pernah mengenal seseorang, yang ketika Anda berkata kepadanya, "Tidakkah kamu menghapal Al Qur'an?" Ia katakan, "Akan saya hapal nanti, insya Allah." Kalaulah Perang Dunia III berkecamuk, pastilah Al Qur'an masih belum dihapalnya. Bahkan sampai ia mati pun, Al Qur'an masih belum dihapalnya juga. Atau Anda berkata kepadanya, "Mengapa Anda tidak sungguh-sungguh belajar?" Ia katakan, "Sekarang masih awal-awal semester, nantilah menjelang mid test." Mid test pun tiba dan ia belum juga mengulangi pelajarannya. Ia kembali berkata, "Nantilah kalau final test sudah dekat, aku sulit konsentrasi belajar kalau ujian belum di ambang pintu." Ujian akhir pun tiba, tapi tidak ada yang bisa ia lakukakan selain duduk terpaku memandangi tumpukan buku di hadapannya.

Benar seperti apa yang dikatakan oleh seorang penyair,"Waktu itu laksana pedang, jika Anda tidak memanfaatkannya, maka dia akan menebas Anda." Disebutkan Ibnu Mubarak—rahimahullah—dalam kitab Az-Zuhd bahwa ada sebagian ulama tabi'in yang berkata, "Ketika sakaratul maut datang, kata-kata 'nanti' pasti akan membuat kalian menyesal." Allah mengungkapkan aib musuh-musuh-Nya di dalam Al Qur'an. Firman-Nya:"Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." (QS. Al Hijr: 3).

Sebagian ahli tafsir mengatakan, "Sebab mereka dulunya selalu menggunakan kata-kata 'nanti'." Artinya, nanti akan saya lakukan, nanti akan saya hapal, nanti akan saya pelajari. Akhirnya Allah balas mereka dengan hal serupa.NILAI SEBUAH WAKTU- Menurut Al Qur'anAllah shubhaana wa ta'ala telah bersumpah dengan waktu-waktu tertentu dalam beberapa surah Al Qur'an, seperti al-lail (waktu malam), an-nahâr (waktu siang), al fajr (waktu fajar), adh-dhuhâ (waktu matahari sepenggalahan naik), al 'ash (masa).

Sebagaimana firman Allah shubhaana wa ta'ala, "Demi malam apabila menutupi (cahaya) siang, dan siang apabila terang benderang." (QS. Al-Lail: 1-2). "Demi fajar dan malam yang sepuluh." (QS. Al Fajr: 1-2). "Demi waktu matahari sepenggalan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi." (QS. Adh-Dhuhâ: 1-2). "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian." (QS. Al 'Ashr: 1-2). Ketika Allah shubhaana wa ta'ala bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar manusia mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan manfaatnya yang besar.- Menurut Sunnah, Seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap nikmat waktu yang telah Allah berikan kepadanya. Rasulullah bersabda, "Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya tentang empat perkara; Tentang badannya, untuk apa ia gunakan, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan, dan tentang ilmunya bagaimana ia beramal dengannya." (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syekh Al Albani).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah mengabarkan bahwasanya waktu adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang harus disyukuri. Jika tidak, maka nikmat tersebut akan diangkat dan pergi meninggal pemiliknya. Manifestasi dari syukur nikmat adalah dengan memanfaatkannya dalam ketaatan dan amal-amal shaleh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya ; waktu luang dan kesehatan." (HR. Bukhâri).

"Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu." (HR. Hâkim, dishahihkan oleh Al Albâni).

5 KIAT MENJAGA WAKTU

1. Introspeksi diriTanyakan pada diri Anda; Apa yang telah Anda lakukan pada hari ini? Di mana Anda memanfaatkan waktu Anda? Dalam hal apa Anda menghabiskan waktu Anda? Bertambahkah amal baik Anda hari ini ataukah justru amal buruk Anda yang bertambah? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan mambantu Anda untuk tidak menyia-nyiakan waktu luang Anda.

2. Camkan, waktu yang berlalu tak mungkin kembali! Hari-hari akan pergi. Setiap waktu akan berlalu. Setiap kesempatan akan tertutup. Tak mungkin mengembalikan dan menggantikannya. Inilah makna perkataan Al Hasan—rahimahullah, "Tiada hari yang berlalu atas anak Adam kecuali ia akan berkata, "Wahai Anak Adam! Aku adalah hari yang baru, dan atas segala perbuatanmu ada saksi. Apabila aku meninggalkanmu, maka aku tidak akan pernah kembali kepadamu. Maka kerjakanlah apa yang kau kehendaki, engkau akan mendapatkannya di sisimu. Dan tundalah apa yang engkau kehendaki, maka ia tidak akan pernah kembali selamanya."

3. Ingat saat Kematian Menjelang, Ingatlah ketika manusia akan beranjak meninggalkan dunia dan di hadapannya terhampar alam akhirat. Kala itu ia berangan, kalaulah ia diberikan perpanjangan umur untuk memperbaiki apa-apa yang telah ia rusak dari kehidupannya, dan untuk mengejar apa-apa yang telah ia lewatkan dalam kehidupannya. Akan tetapi, tutuplah rapat-rapat angan-angan kosong ini. Kesempatan beramal telah berakhir dan telah datang hari perhitungan dan pembalasan.

4. Jauhi berteman dengan orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Berteman dengan orang-orang malas dan berbaur dengan orang-orang yang biasa menyia-nyiakan waktunya akan berpengaruh terhadap tindakan dan perbuatan Anda. Abdullah bin Mas'ud berkata, "Kenalilah seseorang dengan melihat dengan siapa ia berteman, karena orang yang menemaninya adalah semisal dengannya."

5. Ingatlah bahwa Anda akan ditanya tentang waktu Anda di hari kiamat. Ketika manusia berdiri di hadapan Rabb-nya pada hari itu, lalu ia ditanya tentang umurnya, bagaimana ia menghabiskannya? Di mana ia manfaatkan? Dalam hal apa ia gunakan? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak akan bergeser kaki seorang hamba sampai ia ditanya tentang lima perkara. Tentang umurnya, di mana ia habiskan? Tentang masa mudanya, dalam hal apa ia habiskan?...."Maka seyogyanya bagi orang-orang yang berakal memanfaatkan waktu luangnya dengan perkara-perkara yang baik. Jika tidak, maka nikmat tersebut akan berubah menjadi bencana.Wallahu Waliyyuttaufiq
Buta Hati

hati-hati dengan hatimu
mudah-mudah ia terkotori
mudah-mudah ia ternodai

buta-buta buta hatimu
tiada cahya
gelaplah langkahmu

gelap-gelap gelap langkahmu
tiada arah
sesatlah pula

sesat-sesat sesat langkahmu
tertutup hidayah
setan bertingkah

setan-setan setan bertingkah
kendarai nafsu
semakin setan semakin menjadi

nafsu-nafsu nafsu kau buru
murkalah Alloh
hancur hidupmu

29 jan 09 at UPINET
Allah... save me from the dark of me

duri duri-ku

duri duri-ku

dimana engkau dimana
di hatikah engkau adanya?

orang kata di hati engkau adanya

hatiku hatiku memuat engkau
mungkinkah mungkinkah

karena apa hatiku tak
karena duri duri
yang kutanam sendiri

dimana engkau dimana
di hatikah engkau adanya?

orang kata di hati engkau adanya

bilakah bilakah hatiku
cabutlah cabutlah duri itu

resah resah segala langkah
duri duriku tutup hidayah

dimana engkau dimana
di hatikah engkau adanya

orang kata di hati engkau adanya

30 jan 09
bilakah engkau di hati?

Rabu, 28 Januari 2009

Queen's Classroom

Profile
TV Show The Queen's Classroom
Romaji: Jo'ô no kyôshitsu
Japanese: 女王の教室
Director: Hitoshi Iwamoto
Writer: Kazuhiko Yukawa
Network: NTV
Episode: 11 + 2 part Special
Release Date: July 2-September 17, 2005
Runtime: Sat. 21:00-21:54
Language: Japanese
Country: Japan
[edit] Plot
April – the season for the new school term. Meet Maya Akutsu, a mysterious new teacher at Hanzaki Elementary School. Her way of talking and behaving is as graceful and magnificent as a queen. Miss Akutsu, with her high intelligence, artistic talent, and perfect athletic skills, soon overwhelms the other teachers and makes all the parents obedient. She takes charge of "Class Three" in the sixth grade. In Miss Akutsu's class, test scores precede everything else. She gives pop quizzes every week and students with low scores have to do odd jobs in the classroom, like her slaves. If they try to disobey, they're severely punished. Miss Akutsu is the law. She is the queen of her domain. Kazumi, one of her students, soon becomes her main target. Although Kazumi is a sweet and innocent twelve-year-old girl, she cannot achieve above average on either her exams or in gymnastics. Kazumi withstands Miss Akutsu's outrageous brand of “punishment,” but her classmates begin to crack in the grip of fear. Jealousy, slander, and betrayal run rampant in the class. Even in the darkest time of her life, however, Kazumi strongly wishes to “graduate happily with her classmates”, and she finally decides to gather up all the students to face their evil teacher. How will the 24 sixth-graders grow up during the final year at elementary school? And what is Miss Akutsu's real purpose of being so devilish toward her students?
[edit] Cast
Yuki Amami - Maya Akutsu
Mayuko Fukuda - Hikaru Shindo
Michiko Hada - Akiko Kanda
Sachie Hara - Shiori Tendo
Sairi Ito - Momo Tanaka
Shigeru Izumiya - Kondo
Kaho - Yu Kanda
Hikari Kajiwara - Erika Sato
Naruki Matsukawa - Yusuke Manabe
Naoyuki Morita - Eiji Miyauchi
Anzu Nagai - Hisako Baba
Takashi Naito - Namiki
Toshinori Omi - Takeshi Kanda
Shotaro Sakai - Koichi Nishikawa
Mirai Shida - Kazumi Kanda
Akashi Takei
Toshie Negishi
[edit] Comments
haiziwang Says: Dec 21 2008 12:16 am
This is one of the better, if not best school shows involving children. By children I mean kids under 13. The acting by Yuki Amami is excellent and she was well-supported by a great cast of children. Even though the front episodes may seem repetitive, each time something happens there is a subtle change in the reaction of the children. If you are looking for a good show, look no further =)
Berharap dalam sesal

Hari hidupku beranjak siang
Saat pertama jumpa dalam
Nuansa penuh Tanya
Yang galau mencampur memperdaya

Selang pergantian embun pagi
Aku dan kau pun berkawan
Pesta penuh saban hari
Riuh tawa kegembiraan

Begitu manis kau membujuk lewat kemilau warna
Persembahan dari surga
Candu, kokain, sabu, putau
Kau sebut kau punya nama

Setan dan iblis bertempik bersorak
Sementara aku semakin hanyut dalam
Laut kenistaan tanpa dapat
Lepaskan diri dari jeratan

Kobaran api dan bongkahan es
Menerjang tubuh lemahku
Melumat habis masa depanku
Membekukan perjalananku

Sampailah ketika hatiku terusik rintihan sang jiwa
Ngilu terdengar di telinga
Jeritan ibu pertiwi
Menganak sungaikan air mata

Wahai bangsa
Wahai pemuda
28 oktober satu sembilan dua delapan
Kita berucap Satu
Sampai kapanpun tetap Satu
Dan Satu

Kini
Kupinta janjimu itu
Tolong aku
Dengan satu-mu

oktober 2005
Wahai para pemuda pekalah
Raihlah mereka
Kang Akom