Selasa, 03 Februari 2009

senyumlah, senyum

Kamis, 02 Februari ‘06
Saat pengayaan, di bumi Los Santos

Senyumlah, senyum!


Tersenyumlah engkau padaku
Niscaya sang raja siang
Bertahta di langit hariku


Tersenyumlah engkau padaku
Niscaya sang bayu
Semilir sejukkan ku

Tersenyulah engkau padaku
Niscaya sang tirta
Meriak-riak di hatiku

Harapan anak kelas tiga SMA pada gadis berkacamata
yang bayang-bayangnya menari-nari di pelupuk matanya

Kang Akom

Mei 2005

Saat rapat OSIS di lab

Hanya sebuah cerita

I

Tak bisa aku, depanmu

Bongkar rahasia pendaman jiwa

Tak bisa aku, depanmu

Datang dekati merdu menyanyi

Tak bisa aku, depanmu

Tunjukan diri mengambil hati

Tak bisa aku, depanmu

Melepas kata berucap cinta

II

“Payah”

Serta merta itu kata

Lepas landas

Dari mulut mungilmu

Terkumandang dengan lantang

Lagi. Tertuju padaku

Masih dari rongga mulutmu

“Ini orang, payah!”

Ah, kau mungkin tak tahu

Aku kan mencoba

Bagaimanapun sukar

Betapapun sulit

Tunggu saja

Tiga kata

Dari aku

Untuk kamu

Pemuja rahasia gadis berkacamata

Kang Akom

14 Februari '06

14 Februari ‘06

Sedetik demi sedetik

Jam berdetak

Lorong waktu pergantian

Berada di ambang penantian

Telah terlalui gulita

Telah terarungi nestapa

Hari esok cerah menanti

Kemarin gelap usah kau tangisi

Selasa Februari empat belas

Genap sudah umurmu tujuh belas

Wahai… Anggun

Selamat ulang tahun

Untuk gadis berkacamata

yang berjilbab anggun

Kang Akom

tanya seorang pria

Selasa, 14 Desember 2004

Saat senja

Tanya seorang pria

Kepada Adelia Wulandari

Menginjak remaja

Wanita berkacamata

Siapa dia

Sungguh cantik jelita

Wajah putih merona

Siapa yang punya

Meronta hati bertanya

Mendera rasa kejiwa

Siapa yang bisa

Taklukkan hati si dia

Dapatkan murni cintanya

Siapa sangka

Celoteh jujur siswa kelas dua SMA

Kang Akom

zaman edan

Zaman edan
Kepada kawan

Zaman kini semakin edan
Yuuk! Kita sama ikut edan
Biar tak terlibas zaman
Tapi! Jangan kita saling salahkan
Jika nanti diAzab tuhan

Remaja, lifestyle, dan racun
Kang Akom

indoktrinasi

Indoktrinasi

Inilah penjara
Tempat dimana
Iblis keegoisan bertahta

Terkekang
Dikekang
Mengekang

Tak ada inovasi dan kreasi
Hanya sesuap dogma yang basi

“Bolehkah usul?”
Kang Akom

Awagenggam

Awagenggam

Detik arloji kembali berdetak
Lewati dua angka gandengan
Satu dua
Aku tetap saja dalam kalut
Serupa gemuruh jadinya
Swara nyaring dari laut

Arah?
Kiranya aku tak berada

Lalu, nampak terang wajah galauku
Semberawut, kusut, dan beringsut
Makan resah saban hari yang gundah

Mati rasa aku depan kaca
Wajahku tercermin bercabang dua
Satu hitam kelam
Satu sebagai sutera sulam

Hening kucari
Sepi kunanti
Ilahi

Galau dalam mencari
Kang Akom

kemana?

Kemana?

I

Oh. Alif
Aku terguncang
Bukan kepalang

Segala fikir
Segala rasa
Segala otak
Segala hati

Berkecamuk
Berkecamuk

II

Aku bertukar warna
Dalam setiap ketika

Aku bunglon
Hinggap di pohon
Hijau seketika
Merayap di tanah
Serupa tanah

Aku rumput kecil
Sendiri
Mengutara seketika
Menyelatan seketika

Aku terasing di tengah ramai
Aku ramai dalam terasing



Putih abu nan kelabu
Kang Akom
Terkekeh sang keledai terhenti

Sang keledai terkekeh
Melihat para pemecut
Dalam tindak tanduk memaksa
Sang keledai terkekeh

Sang keledai terkekeh
Para pemecut hilang pecut
Bersembunyi di balik kerucut
Sang keledai terkekeh

Sang keledai terkekeh
Para pemecut linglung
Mencari pecut, dia bingung
Sang keledai terkekeh

Sang keledai terkekeh
Siap dipecut
Para Pemecut hilang pecut
Sang keledai terkekeh

Sang keledai terkekeh
Demi para pemecut dilihat terkapar
Demi dunia seolah akan dipilar
Sang keledai terkekeh

Tapi

Terkekeh sang keledai terhenti
Tak hendak sang keledai terkekeh
Terkekeh
Para pemecut
Terhenti

Untuk para pemecut
Kang Akom